Kamis, 03 Februari 2011

Syarat - Syarat Diterimanya Ibadah

Ibadah adalah perkara taufiqiyyah, yaitu tidak ada suatu ibadah yang disyari’atkan kecuali berdasarkan Al Qur’an dan As Sunnah. Apa yang tidak di syari’atkan berarti bid’ah mardudah ( bid’ah yang ditolak ), hal ini berdasarkan sabda Nabi :
مَنْ عَمَِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدُّ.
“ Barangsiapa yang beramal tanpa adanya tuntutan dari Kami, maka amalan tersebut tertolak.” 
Agar bisa diterima, ibadah disyaratkan harus benar, yaitu dengan memenuhi syarat - syarat dibawah ini :
1. Ikhlas karena Allah semata, bebas dari syirik besar dan kecil.

Ini merupakan konsekuensi dari syahadat “ laa ilaaha illallah, karena ia harus ikhlas beribadah hanya untuk Allah dan jauh dari syirik kepada Nya.  

2. Ittiba’, sesuai dengan tuntutan Rasullullah SAW

Sedangkan ini adalh konsekuensi dari syahadat Muhammad Rasulullah, karena ia menuntut wajibnya taat kepada Rasul, mengikuti syari’atnya, dan meniggalkan bid’ah atau ibadah yang diada – adakan.

Jadi keduaa syarat tersebut ialah manifestasi ( perwujudan ) dari dua kalimat syahadat Laa Ilaaha Illallaah, Muhammad Rasullullah. Dan ini berarti, jika kita meninggalkan salah satu syarat kitapun meninggalkan salah satu syahadat kita. (Wallahu'alam)
Pada yang pertama, kita tidak beribadah kecuali kepada – Nya. Pada yang kedua, bahwasanya Muhammad SAW adalah utusan – Nya yang menyampaikan ajaran – Nya. Maka kita wajib membenarkan dan mempercayai beritanya serta mentaati perintah – Nya. Beliau telah menjelaskan bagaimana cara kita beribadah kepada Allah, dan beliau mearang kita dari hal – hal baru atau bid’ah. Beliau mengatakan bahwa semua bid’ah itu sesat.

Allah SWT berfirman :
“ ( Tidak demikian ) bahkan barangsiapa yang menyerahkan diri kepada Allah, sedang ia berbuat kebajikan, maka baginya pahala disisi Rabb – Nya dan pada diri mereka tidak ada rasa takut dan tidak ( pula ) mereka bersedih hati.” ( QS. AL Baqarah : 112 )
“ menyerahkan diri “ disini artinya memurnikan ibadah kepada Allah. “ Berbuat kebajjikan” artinya Rasul Nya.
Ibnu Taimiyyah mengatakan : “ Inti agama ada dua pilar yaitu kita tidak beribadah kecuali hanya kepada Allah, dan kita tidak beribadah kecuali dengan apa yang Dia syari’atkan, tidak dengan bid’ah.”

Sebagaimana Allah berfirman :
“ ....... Maka barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Rabb - Nya maka hendaknya ia mengerjakan amal saleh dan janganlah iamempersekutukan sesuatu pun dalam beribadah kepada – Nya.” ( QS. Al – Kahfi : 110 )
Mengenai firman Allah Ta’ala :
“ Yang menjadikan mati dan hidup supaya Dia menguji kamu siapa diantara kamu yang lebih baik amalnya.” ( QS. Al – Mulk : 2 )
Fudhail bin ‘Iyadh mengatakan, “Yang paling ikhlas dan yang paling benar.” Orang – orang bertanya : “Wahai Abu ‘Ali! Apa yang dimaksud dengan yang paling ikhlas dan yang paling benar itu?” Beliau menjawab, sesungguhnya amal apabila dilakukan dengan ikhlas namun tidak benar,  maka tidak akan diterima. Dan apabila dilakukan dengan benar namun tidak ikhlas, maka tidak akan diterima hingga ia dilakukan dengan ikhlas dan benar. Yang dilakukan dengan ikhlas ialah hanya ditujukan untuk Allah Ta’ala, sedangkan yang benar ialah sesuai Sunnah.” ( Lihat Al Ubudiyyah hal. 84 – 85 ).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar